Welcome to Amoeba's Blog

Welcome to Amoeba's Blog
Please enjoy with us ..
Thank you .

Selasa, 31 Januari 2012

Bab 5

Metabolisme




Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas jutaan sel. Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Untuk menjalankan fungsinya, sel melakukan proses metabolisme.Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain.
Metabolisme terdiri atas dua proses sebagai berikut.
1. Anabolisme
Anabolisme disebut juga sintesis, merupakan proses penyusunan bahan anorganik menjadi bahan organik. Dalam peristiwa ini diperlukan masukan energi (reaksi endergonik). Contoh dari anabolisme adalah proses fotosintesis yang bertahan dalam kloroplas.
Kloroplas
 Fotosintesis (Anabolisme) 
Kloroplas adalah organel yang hanya tersedia pada tumbuhan hijau. Organel ini memiliki membran rangkap dua, yaitu membran luar dan membran dalam. Membran dalam memiliki bentuk perluasan yang disebut lamela. Pada lamela terdapat modifikasi membran yang menyerupai tumpukan koin yang disebut grana. Setiap grana disusun oleh thilakoid. Pada thilakoid tersebut terdapat pigmen fotosintetik. Semua ruang bagian dalam kloroplas berisi cairan yang disebut stroma.
Fotosintesis
Reaksi fotosintesis ini merupakan reaksi redoks. Proses ini berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.
1. Reaksi Terang / Light Reaction / Reaksi Hill
Reaksi terang merupakan tahap fotosintesis yang membutuhkan cahaya. Proses yang berlangsung pada thilakoid ini membutuhkan bahan: H2O, akseptor elektron berupa NADP (nikotinamida adenin dinukleotida fosfat) dan pigmen fotosintetik.
Pigmen fotosintetik yang ada dalam thilakoid ada tiga macam:
- klorofil a, disebut juga photosystem I / photosystem 700
- klorofil b, disebut juga photosystem II / photosystem 680
- karotenoid (disebut juga pigmen antena), terdiri dari karoten dan xantofil
Peristiwa yang berlangsung pada reaksi terang adalah sebagai berikut: bila P700 menerima cahaya, elektronnya akan tereksitasi sehingga elektron lepas dari P700 dan diterima oleh feredoxin (akseptor primer). Feredoxin memberikan elektron pada NADP sehingga tereduksi menjadi NADPH. Karena P700 kehilangan elektron ia memperoleh gantinya dari P680.
Kapan P680 menerima cahaya, elektronnya tereksitasi sehingga lalu dan diterima oleh akseptor primer.Elektron berjalan dari akseptor primer ke sitokrom dan akhirnya ke P700. Saat elektron berpindah dari sitokrom ke P700 dilepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP. P680 yang kehilangan elektron memperoleh ganti dari dari proses fotolisis air.
 Fotosintesis (Anabolisme) 
Keseluruhan perjalanan elektron tersebut disebut siklus non siklis, karena elektron berjalan dari H2O dan akhirnya diterima NADP. Bentuk lain dari lintasan elektron adalah siklus siklis. Siklus ini dimulai dari P700 yang menerima cahaya, elektron yang lalu diterima feredoksin tetapi tidak diberikan ke NADP melainkan ke sitokrom, lalu kembali ke P700. Saat elektron berjalan dari sitokrom ke P700 diproduksi energi yang digunakan untuk membentuk ATP.Dari keterangan pada dapat diketahui ada tiga bahan yang diproduksi saat reaksi terang, yaitu: NADPH, ATP, dan O2. Dua yang pertama digunakan sebagai bahan untuk terlaksananya reaksi gelap.
2. Reaksi Gelap / Dark Reaction / Siklus Calvin-Benson
 Fotosintesis (Anabolisme) 
Reaksi gelap merupakan tahap fotosintesis yang tidak membutuhkan cahaya. Proses yang berlangsung di stroma ini membutuhkan bahan yang dibentuk pada reaksi terang yaitu NADPH dan ATP, dan CO2 dari udara. Reaksi dimulai dari pengikatan CO2 oleh ribulosa difosfat (RDP) dan pada akhir siklus dibentuk fosfogliseraldehid (PGAL) yang kemudian diubah menjadi glukosa (lihat bagan di atas).


2. Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian proses kimia yang terjadi dalam tingkat seluler yang bertujuan mengubah materi organik yang kompleks menjadi materi anorganik yang lebih sederhana untuk menghasilkan energi.
Contoh dari katabolisme adalah proses penghasilan tenaga/respirasi.
Penghasilan tenaga yang terjadi di dalam sel terjadi dalam 4 tahap besar yaitu :
  1. Glikolisis
  2. Dekarboksilasi oksidatif
  3. Siklus Kreb’s
  4. Sistem transfer elektron.
Peristiwa yang terjadi dalam glikolisis (gliko atau glukosa ; lisis atau pecah ) adalah proses perombakan Glukosa.
Hal yang perlu diperhatikan dari sekarang adalah
  • pahami jumlah atom karbon yang menyusun suatu senyawa
  • letak terjadinya suatu reaksi
  • apakah dihasilkan gas karbondioksida
  • Apakah terjadi proses fosforilasi
fosforilasi adalah proses yang melibatkan pembentukan 3 phosphat dari 2 phophat atau dengan kata lain proses yang melibatkan ATP dan ADP.
Glukosa memiliki jumlah atom karbon (C) sebanyak 6. berikut ini adalah 10 tahapan glikolisis.
 
Konsep pada glikolisis adalah
  • 1 molekul glukosa dengan 6 atom C akan dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat.
Asam piruvat memiliki atom karbon sebanyak 3 buah. Reaksi kimia glikolisis keseluruhan adalah :
C6H12O6  –>2CH3COCO2H + 2ATP + 2 NADH reaksi ini terjadi di dalam sitoplasma.
Yang harus diperhatikan pada 10 reaksi glikolisis tersebut adalah :
  • apakah dalam reaksi tersebut menghasilkan CO2?
  • Apakah membutuhkan O2?
  • Dimanakah letak-letak proses fosforilasi dan penghasilan NADH?
Pembahasan: reaksi ini terjadi di sitoplasma karena dalam reaksi ini tidak terjadi pengikatan oksigen maka reaksi ini bersifat anaerob. Jika dilihat dari hasil akhir reaksi pada molekul terakhir, asam piruvat, jumlah atom C tetap 6 maka reaksi glikolisis tidak terjadi pembebasan CO2.
Tahap ke dua dari proses katabolisme glukosa adalah dekarboksilasi oksidatif, yaitu pelepasan gugus karboksil dari asam piruvat yang membebaskan 1 molekul glukosa.Pada prinsipnya proses ini merubah molekul 3 karbon menjadi molekul 2 karbon.
karena dalam proses glikolisis dihasilkan 2 asam piruvat maka akan dihasilkan 2 molekul karbondioksida. Dampak dari pelepasan gugus karboksil adalah asam piruvat berubah menjadi asetil koenzim A. konsep yang perlu dipahami adalah setiap terjadi pelepasan gugus CO2 maka akan terjadi pengurangan jumlah karbon dalam molekul. contoh yang paling mudah adalah pada tahap ini yaitu asam piruvat (3C) berubah menjadi asetil Co-A (2C).
Tahap ketiga dari reaksi katabolisme glukosa adalah siklus Kreb’s.
Rangkaian reaksi ini berupa siklus. Reaksi ini terjadi di dalam matriks(cairan) mitokondria. Pada organisme eukariotik yang memiliki membran inti maka dibutuhkan energi sebesar 2 ATP. Akan tetapi pada organisme prokariotik yang tidak memiliki membran inti dan tidak memiliki mitokondria tidak membutuhkan ATP untuk melangsungkan siklus Kreb’s. inilah reaksinya:
 
Untuk mempelajari siklus ini perhatikanlah:
  • Jumlah atom C pada setiap reaksi apakah terjadi pengurangan. jika terjadi pengurangan maka akan terjadi pelepasan gugug karboksil.
    • dari sitrat sampai dengan isositrat tidak terjadi pengurangan jumlah atom c
    • terjadi pengurangan atom C ketika menjadi molekul ketoglutarat
    • terjadi lagi pengurangan atom C pada reaksi berikutnya sehingga terbentuk suksinil co-A
    • Dari suksinil co-A sampai oksaloasetat tidak terjadi pengurangan atom C lagi
    • .
    • kesimpulannya pelepasan CO2 pada siklus krebs terjadi sebanyak 2 kali, jadi siklus krebs merupakan siklus dari 6C menjadi 4C dan kembali menjadi 6C dengan menambahkan 2 atom karbon dari asetil co-A pada oksaloasetat.
  • Senyawa-senyawa yang melepaskan ion Hidrogen seperti : isositrat, alfa-ketoglutarat, suksinat dan malat. Karena senyawa-senyawa tersebut akan menghasilkan NADH atau FADH.kecuali suksinat akan menghasilkan NADH.
  • perhatikan pula apakah menghasilkan ATP.
Dari berbagai informasi tentunya anda sudah mengetahui bahwa Siklus Kreb’s adalah reaksi kimia yang paling banyak menghasillkan energi. akan tetapi di sini mengapa Anda tidak melihat dihasilkan ATP satu pun. Menagapa?
Inilah jawabannya. Siklus Kreb’s merupakan reaksi penghasilan tenaga yang paling banyak adalah memang benar karena walaupun siklus krebs tidak menghasilkan ATP satu molekulpun akan tetapi pada siklus ini menghasilkan energi dalam ikatan NADH ataupun FADH. Nah FADH dan NADH inilah yang akan dikonversi menjadi ATP pada rangkaian reaksi berikutnya, yaitu sistem transfer elektron (STE) yang terjadi pada membran dalam mitokondria.
NADH dan FADH di dalam STE akan dikonversi menjadi ATP. 1 NADH akan menghasilkan ATP sebanyak 3 molekul. sedangkan FADH akan menghasilkan ATP sebanyak 2 molekul.
3. Kemosintesis
Kemosintesis merupakan contoh reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi, daripada cahaya matahari, seperti pada fotosintesis. Dalam penjelasan yang lebih sederhana, kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi.
Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis disebut kemoautotrof. Kemampuan melakukan kemosintesis hanya dimiliki oleh beberapa jenis mikroorganisme, misalnya bakteri belerang nonfotosintetik (Thiobacillus) dan bakteri nitrogen (Nitrosomonas dan Nitrosococcus). Banyak mikroorganisme di daerah laut dalam menggunakan kemosintesis untuk memproduksi biomassa dari satu molekul karbon. Dua kategori dapat dibedakan. Pertama, di tempat yang jarang tersedia molekul hidrogen, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan H2 (yang mengawali produksi metana, CH4) dapat menjadi cukup besar untuk menjalankan produksi biomassa. Kemungkinan lain, dalam banyak lingkungan laut, energi untuk kemosintesis didapat dari reaksi antara O2 dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia. Pada kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan.
Reaksi kemosintesis pada bakteri belerang berlangsung sebagai berikut.



Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi hasil dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2 dan membentuk amonium karbonat ((NH4)2CO3).



Jenis bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain Nitrobacter. Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya adalah senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk menyintesis senyawa organik.

Proses :




Metabolisme juga berperan mengubah zat yang beracunmenjadi senyawa yang tak beracun dan dapat dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut detoksifikasi. Umumnya, hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Hal itu disebabkan sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel. Mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi dan materi dalam tubuh. Proses sintesis dan penguraian berlangsung dalam berbagai jalur metabolisme. Adapun hasil reaksi tiap tahap metabolisme merupakan senyawa pemula dari tahap reaksi berikutnya.
Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan manusia, melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis (anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Apa peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel? Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel, enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak.
     

Bab 4


JARINGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN

A. JARINGAN PADA TUMBUHAN
Jaringan penyusun tubuh tumbuhan :
 Jaringan meristem (sel penyusunnya bersifat embrional)v
- Sel muda, belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi
- Dinding sel tipis
- Banyak mengandung protoplasma
- Vakuola kecil, inti besar, plastida belum matang
Berdasarkan letaknya, jaringan meristem dibedakan menjadi :
1. Meristem apikal (contoh pada ujung akar dan ujung batang)
2. Meristem lateral (contoh kambium pembuluh, kambium gabus)
3. Meristem interkalar (pada pangkal ruas batang rumput)
Berdasarkan asalnya, jaringan meristem dibedakan atas :
1. Meristem primer: Meristem primer (meristem yang berkembang dari sel embrional). Terdapat pada ujung akar dan ujung batang (menyebabkan pertumbuhan primer).
Daerah yang terdiri dari :
• Meristem apikal (pada ujung akar dan ujung batang).
• Daerah promeristem (daerah diferensiasi sel/ sel meristem yang sudah mengalami diferensiasi pada tingkat tertentu).
• Jaringan protoderma (membentuk epidermis).
• Prokambium (membentuk jaringan ikat pembuluh primer : xilem primer dan floem primer) dan cambium.
• Meristem dasar (membentuk jaringan dasar tumbuhan (empulur, korteks : parenkim, kolenkim dan sklerenkim)

2. Meristem sekunder: Meristem sekunder (berkembang dari jaringan dewasa).
• Jaringan kambium : terletak antara berkas pembuluh angkut xilem dan floem, selnya aktif membelah, kearah dalam membentuk xilem sekunder, kearah luar membentuk floem sekunder.
• Jaringan gabus / jaringan periderma fungsinya menggantikan fungsi epidermis yang sudah menebal. Terdiri dari felogen (kambium gabus), akan membentuk felem (gabus) ke arah luar dan feloderma ke arah dalam. Dibentuk oleh epidermis/ paremkim dibawah epidermis/ kolenkim/ perisikel/ paremkim floem.
 Jaringan permanen/ jaringan dewasav
Terbentuk dari jaringan meristem yang berdiferensiasi (perubahan bentuk sel yang disesuaikan dengan fungsi) dan terspesialisasi (pengkhususan sel untuk mendukung suatu fungsi tertentu). Jaringan ini tidaklagi mengalami pembelahan sel dan bersifat irreversible. Jaringan ini disebut jaringan permanen, yang meliputi :
• Jaringan epidermis
Merupakan jaringan terluar (menutupi seluruh organ tubuh tumbuhan)
Ciri ciri : terdiri dari selapis sel, berbentuk pipih, tersusun rapat (tidak terdapat ruang antar sel), Fungsinya sebagai pelindung jaringan yang lebih kedalam dan sebagai tempat pertukaran zat. Dapat mengalami modifikasi
• Jaringan parenkim
Sel berukuran besar, berdinding tipis
Sel hidup, mengandung kloroplas
Susunan sel longgar, banyak rongga antar sel
Sel banyak mengandung vakuola

• Jaringan penyokong
Berfungsi untuk menunjang tumbuhan agar dapat berdiri kokoh dan kuat
Ada 2 macam jaringan penyokong :
-Jaringan kolenkim :
terdapat pada tumbuhan muda, tumbuhan herba, mrp sel hidup
dinding sel mengalami penebalan dari selulosa pada sudut sudut sel

-Jaringan sklerenkim :
terdiri dari sel sel mati, dinding sel mengalami penebalan dari lignin
Fungsi : menguatkan bagian tubuh yang sudah dewasa
Menurut bentuknya , jaringan sklerenkim ada 2 macam :
a. Sklereid (sel batu) : berbentuk bulat, berdinding keras, contoh sel-sel pada tempurung kelapa dan tempurung kenari.
b. Serabut sklerenkim (serat) : berbentuk panjang dan umumnya terletak pada permukaan batang.
• Jaringan pengangkut
Terdiri dari xilem dan floem
Xilem (pembuluh kayu) : disusun oleh trakeid, trakea, pembuluh xilem, parenkim kayu, sklerenkim kayu, berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dari dalam tanah ke daun.
Floem (pembuluh tapis) : sel tapis, pembuluh tapis, sel penggiring, sel parenkim kulit kayu, sklerenkim (serabut kulit kayu). berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tanaman.
Xilem dan Floem membentuk suatu ikatan yang dinamakan ikatan pembuluh.
Macam macam ikatan pembuluh :
a. Tipe Kolateral : xilem dan floem letaknya bersebelahan ( xilem sebelah dalam, floem di sebelah luar). Kolateral terbuka : antara xilem dan floem terdapat cambium, Contohnya pada batang tumbuhan magnoliopsida (dikotil) Kolateral tertutup : antara xilem dan floem tidak terdapat cambium. Contohnya pada batang tumbuhan liliopsida (monokotil)
b. Tipe Bikolateral : xilem diapit floem (terletak pada radius yang sama)
c. Tipe Radial : xilem dan floem letaknya bersebelahan (tidak berada pada radius yang sama
d. Tipe Konsentris : xilem dan floem berbentuk cincin silendris
  Amfikribal : xilem di tengah, dikelilingi floem
  Amfivasal : floem di tengah, dikelilingi xylem

Jaringan permanen pada tumbuhan berfungsi antara lain :
1. Jaringan epidermis, melindungi jaringan yang berada didalamnya.
2. Jaringan parenkim palisade, tempat penyelenggara fotosintesis.
3. Jaringan parenkim spons, selain sebagai tempat fotosintesis juga tempat penyimpan hasil fotosintesis.
4. Jaringan kolenkim, jaringan penguat pada organ tubuh tumbuhan yang muda.
5. Berkas pembuluh atau berkas vaskuler daun yaitu floem dan xilem terdapat pada ibu tulang daun.
6. Xilem , mengangkut air dan mineral dari dalam tanah melalui akar sampai daun.
7. Floem, mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan.

B. JARINGAN PADA HEWAN

1. JARINGAN DASAR HEWAN
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel-jantung yang lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi (Campbell et al. 1999). Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Padasaat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
• Jaringan Epithelium
Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm, mesoderm atau endoderm. Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung, sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat disepanjang sisi organ. Jaringan epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu (1) epithelium satu lapis (simple epithelium). Epithel ini terdiri atas sel-sel berbentuk pipih, kubus, dan silindris (batang). Epithelium pipih selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium bentuk kubus ditemukan pada kelenjar tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk silindris (batang) ditemukan pada lambung dan usus. (2) Epithelium berlapis banyak (stratified epithelium) yang dibentuk oleh beberapa lapis sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra. Beberapa lapisan pada epitheliun ini dapat berubah menjadi sel-sel yang memanjang dan disebut epithelium transisional. Epitel transisional ditemukan pada kandung kemih (vesica urinaria). Disamping itu, terdapat epithelium berlapis banyak semu (pseudostratified epithelium) yang ditemukan pada trakea.
Epitel pipih berlapis, seperti yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu melakukan mitosis dengan cepat. Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel permukaan yang mati. Epitel ini juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi oleh makanan yang kasar, seperti yang ditemukan pada esofagus. Sebaliknya, epitelium pipih selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk pertukaran material dengan cara difusi. Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru.
• Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel dalam jumlah sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matrik ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Se-sel tersebut mensistesis matriks, dengan anyaman serat yang tertanam di dalamnya (Campbell et al. 1999). Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi (1) jaringan ikat longgar dan (2) jaringan ikat padat, (3) jaringan lemak, (4) jaringan darah, (5) kartilago, dan (6) tulang.

Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di dalam tubuh kita. Di dalam matriks jaringan ikat longgar ini hanya sedikit ditemukan serabut. Serabut penyusun jaringan ikat ini berupa kolagen. Fungsi utama jaringan ikat longgar adalah pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan organ lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan otot.
Jaringan ikat padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung serabut kolagen. Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot dengan tulang, dan ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang.
Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan, dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel lemak, mengandung tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks relatif sedikt.
Darah adalah jaringan ikat yang tersusun sebagian besar cairan. Matriks darah disebut plasma, yang tersusun oleh air, garam mineral, dan protein terlarut. Sel darah merah dan putih tersuspensi di dalam plasma. Darah ini berfungsi utama dalam transpor substansi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Disamping itu, darah juga berperan dalam sistem kekebalan.
Kartilago adalah jaringan ikat yang membentuk material rangka yang fleksibel dan kuat, terdiri atas serabut kolgen yang tertanam di dalam matriks. Kartilago banyak ditemukan pada bagian ujung tulang keras, hidung, telinga, dan vertebrae (ruas-ruas tulang belakang).
Tulang keras (bone) merupakan jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut kolagen yang tertanam di dalam matriks.
Didalam matriks sel tulang terdapat kalsium yang dapat bergerak dan diserap oleh darah. Hal ini merupakan peran penting tulang dalam proses homeostasis kadar kalsium dalam darah. Sel tulang (osteosit) terdapat di dalam ruang yang disebut lakuna. Lakuna ini mengandung satu atau beberapa osteosit. Penjuluran yang keluar dari osteosit disebut kanalikuli. Kanalikuli dari satu sel berhubungan dengan sel lainnya, sebagai bentuk komunikasi sel. Satu osteon terdiri dari sejumlah lamela konsentris yang mengelilingi kanal sentral (kanalis Haversi). Pada individu yang masih hidup, kanal sentral ini berisi pembuluh darah.
• Jaringan Otot
Secara embriologi, jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm. Jaringan ini terdiri atas sel-sel yang memanjang atau berbentuk serabut yang dapat berkontraksi karena adanya molekul miofibril. Pada vertebrata, secara tipikal mempunyai tiga jenis otot, yaitu otot skelet (rangka), otot jantung (cardiac), dan otot polos.
Otot skelet berstruktur bergaris melintang, berfungsi untuk menggerakkan rangka. Otot ini bersifat sadar (voluntary), karena mampu diatur oleh kemauan kita. Serabut ototnya mempunyai banyak nukleus yang terletak ditepi. Otot rangka mempunyai garis melintang yang gelap (pita anisotrop) dan garis terang (pita isotrop).
Otot jantung merupakan otot bergaris melintang dan bercabang. Sifat otot ini tidak sadar (involuntary), karena kontraksinya tidak bisa diatur oleh kemauan kita. Nukleus terletak ditengah sel. Pada bagian ujung sel, terdapat sambungan rapat, yang membentuk struktur pembawa sinyal untuk kontraksi dari satu sel ke sel lainnya selama denyut jantung.
Otot polos berbentuk seperti spindle. Kontraksi otot polos lebih lambat dinbbandingkan otot skelet, namun mereka mampu kontraksi dalam waktu lebih lama. Otot polos bersifat tidak sadar (involuntary), seperti otot jantung. Otot polos ditemukan pada banyak organ tubuh, diantaranya terdapat pada dinding pembuluh darah dan melapisi organ dalam seperti usus dan uterus. Membran plasmanya disebut sarkolema dan sitoplasmanya sering disebut sarkoplasma. Sitoplasma yang mengandung miofibril dengan ketebalan mencapai 1 mikron.
• Jaringan Saraf
Jaringan saraf berperan dalam penerimaan rangsang dan penyampaian rangsang. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm. Jaringan ini terdapat pada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan pada sistim saraf tepi. Ada dua macam sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel pendukung (sel glia). Neuron mengandung badan sel, nukleus, dan penjuluran atau serabut. Satu tipe penjuluran tersebut adalah dendrit, yang berperan dalam menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan sel. Tipe penjuluran sel saraf yang lain, disebut akson (neurit), yang berperan dalam meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron lainnya. Beberapa akson berukuran sangat panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke bagian bawah abdomen (panjang 1/2 meter atau lebih). Transmisi sinyal dari neuron ke neuron lainnya umumnya dilakukan secara kimia. Selain neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia. Sel glia merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel pendukung umumnya berperan dalam melindungi dan membungkus akson dan dendrit, sehingga membantu mempercepat transmisi sinyal.