Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih memiliki
silia dan di bagian ujung memiliki epitelium berbentuk kubus
bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak
bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara ( alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang
salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang
tawon.Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara
kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
kondisi tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.Jika
tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, ketika tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
produksi udara(ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan
atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan
dada dan perut terjadi secara bersamaan.
a.
|
Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan
otot antartulang rusuk.Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1.
|
Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot
antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan
dalam rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
|
2.
|
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh
turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
|
Gambar 1
Mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada manusia
|
b.
|
Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga
dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni
sebagai berikut.
1.
|
Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma
berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada
membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
|
2.
|
Fase ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase
berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang)
sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar,
akibatnya udara keluar dari paru-paru.
|
|
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc.
Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan
manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses
bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang
tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru
sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas
vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang
setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup
dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500
cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Kapasitas
tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada
pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun
ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Lihat
skema udara pernapasan berikut ini.
Skema udara pernapasan
|
|
Udara cadangan inspirasi1500
|
|
|
|
Udara pernapasan biasa500
|
|
kapasitas total Ü
|
Udara cadangan ekspirasi1500
|
Þ kapasitas vital
|
|
Udara sisa (residu)1000
|
|
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki
volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.
Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara
yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.
Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
spirometer.
Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan
kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada
kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan,
ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen
dibanding pekerja ringan.Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh
lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih
banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen dari seorang
vegetarian.
Dalam kondisi biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari
(24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding
lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam
keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau
karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah
yang menyelubungi alveolus.Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh
zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel
jaringan tubuh.
Hemoglobin yang ada dalam butir darah merah atau eritrosit ini
tersusun oleh senyawa heminatau hematinyang
mengandung unsur besi danglobin yang berupa protein.
|
|
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat
diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini:
Hb4 + O2 4 Hb O2
(Oksihemoglobin)
berwarna merah jernih
Reaksi pada dipengaruhi oleh penilaian O2, penilaian CO2, tekanan O2 (P
O2), perbedaan penilaian O2 dalam jaringan, dan penilaian O2 di
udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2
dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg,
sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen
di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus
paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen
dapat masuk ke paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang
tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2
mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O 2
nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm
hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2
akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan
di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm
Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2
nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru
lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada jaringan? Setiap 100 MM3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg
dapat mengangkut 19 cc oksigen. Kapan tekanan oksigen hanya 40 mm Hg
maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena.Dengan
demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100
MM3 darah.
Transportasi sekitar 200 MM3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung
menurut reaksi kimia berikut:
C0 2 + H 2 0 þ (karbonat anhidrase)
H 2 CO 3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO 2sehingga mempengaruhi
pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Transportasi CO 2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3
Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat
dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO 2 ).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh CO2 ).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat
(HCO 3 ) melalui proses berantai perubahan klorida (70% dari
seluruh CO 2 ).Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO 2 +
H 2 O þ H 2 CO 3 þ H + +
HCO-3
Gangguan terhadap transportasi CO 2 dapat mengakibatkan
munculnya gejala asidosis karena turunnya tingkat basa dalam
darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena kondisi
Pneumoni.Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.
Energi yang digunakan dalam kegiatan respirasi bersumber dari ATP
(Adenosin Tri Fosfat) yang ada pada masing-masing sel. ATP berasal dari
bahan-bahan karbohidrat yang diubah menjadi fosfat melalui tiga tahapan.
Mula-mula proses glikolisis oleh enzim glukokinase membentuk piruvat pada
siklus Glukosa (Tahap I) kemudian tahap II, yakni siklus krebs (TCA
= Tri Caboxylic Acid Cycle)kemudian tahap III, yakni tahap transfer
elektron. Glikolisis terjadi di sitoplasma, siklus krebs terjadi di
mitokondria.
Gangguan
1. Emfisema, merupakan penyakit
pada paru-paru. Paruparu mengalami pembengkakan karena pembuluh darahnya
kemasukan udara.
2. Asma, merupakan kelainan
penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti debu,
bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga
dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.
3. Kanker paru-paru. Penyakit ini
merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-paru
terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang
seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok.
Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
4. Tuberkulosis (TBC), merupakan
penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini
menyerang dan dibiarkan semakin luas, dapat menyebabkan sel-sel paru-paru
mati. Akibatnya paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut
menyebabkan para penderita TBC napasnya sering terengah-engah.
5. Bronkhitis, merupakan gangguan
pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Gejalanya adalah penderita
mengalami demam dan menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
Akibatnya penderita mengalami sesak napas.
6. Influenza (flu), merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini timbul dengan
gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.